CHEATPBCVG |
Cerita Bokep | Ngesex di Warnet bareng Rani dan Yuni Posted: 03 Apr 2012 09:54 AM PDT Ngesex di Warnet bareng Rani dan Yuni Rani tidak mengenakan seragam SMP saat memasuki warnet. Aku yang di dekat pintu bisa melihat dengan jelas anak ini sudah besar sekarang. Tubuhnya bagus, ranum. Ia berjalan ke meja kasir, berbicara sebentar dengan Yuni pegawainya yang tomboy berkulit gelap, kemudian bertukar tempat dengannya. Rani menjaga warnet sekarang. Semenjak kapan ?? Warnet ini langgananku, membnatuku saat aku kehabisan quota pulsa internet di GSM modemku. Dari pada browsing lambat dengan laptopku, aku lebih suka berjalan sebentar ke warnet dekat rumah, sebelum mengisi ulang pulsa GSM ku. Aku telah selesai upload file dan kirim email ke Kamila di Malang. Sekarang waktunya pulang tidur sebentar sebelum bangun sore tuk ke jakarta Selatan lagi. Warnet ini sedang kosong, tinggal aku sendiri dengan Rani, dan Yuni yang sekarang telah duduk diseberangku, meghadap monitor dan serius menulis sesuatu di lembar facebooknya. Aku berjalan ke arah Rani sambil merogoh dompetku, menyiapkan uang ribuan tuk membayar sewanya yang cuma sebentar. Rani di belakang meja, menghitung uang dan mencocokan dengan tagihan di monitor, lalu mengeluarkan recehan kembaliannya. - Rani sekarang jadi petugas di sini ? - tanyaku perlahan - Hiyo mas, aku ndak bisa nerusin ke SMU, bapak ngomong kalo aku kerja aja dulu sebentar bantuin keluarga - Terus yang nawari kerja di sini siapa ? - mbak Yuni mas, katanya biar bagi2 aja hasilnya, kan mbak yuni juga ingin nyantai main facebook di komputer. - Yang di meja sini tidak bisa buka facebook ? - tanyaku - Yo ndak mas, kan ndak boleh sama pak Dodo. - Tapi kalo emang bisa buka, kamu mau ? - tanyaku sambil bergerak ke belakang meja Rani duduk di kursi sambil mengangkat kakinya sedikit ke atas, bersandar dengan laci kecil di bawahnya. Ia menggeser tubuh kecilnya ke kiri, tuk memberiku tempat di situ. Kubuka explorer, kucoba browse ke facebook, tapi yang muncul kotak putih. disitu terlihat angka 127.0.0.1 di kotak atas. Ah, segera kubuka prompt window, memanggil file host dan mengubah sedikit barisan di dalamnya. - coba saja sekarang - aku bergerak keluar meja, ke pintu, bergerak keluar warnet Tapi, segera kuhentikan langkahku, kuputar tanda tutup yang menghadap ke arahku, yang sekarang berbalik menjadi tanda buks. Warnet kunyatakan tutup sekarang. Perlahan gerendel pintunya kugeser, pintu tidak terbuka sekarang. Aku kembali ke meja Rani, sambil melirik ke yuni yang sekarang berjoget ria di tempat duduknya, mendengarkan musik dengan kencang di headphone di kepalanya. Yuni sedang asyik sendiri. Kududuk lagi di sebelah Rani, sambil meraih tangannya di mouse. - Kalo facebook Rani sudah jalan, berarti bisa download ringtone musik untuk Rani. - Wah asyik mas, aku mau lagunya ungu ya. - Yah nanti, gantian sekarang aku mau cari lagu yang slow rock. bentar ya Kubuka lembaran home page mesin pencari. Kali ini sengaja kubuka situs yang menempel promosi gambar dan film porno di kiri kanan nya. Rani terbelalak, terlihat jelas dari pantulan benda metal di speaker komputer di hadapanku. Terlihat ia melirikku sebentar, tapi lali melotot ke arah monitor tanpa berucap apa2. Sengaja multi tab di browser sudah kubuka banyak situs gambar dan film porno yang lagsung ku klik tuk streamingnya. kupelankan volume speakernya, kali ini kucoba pura2 download lagunya Linkinpark. Tapi windows yang bertebaran itu sudah menampilkan dengan jelas adegan yang Rani belum pernah lihat. Tanganya masih di atas meja saat kusentuh perlahan. - Tanganmu mungil Rani, bisiku. - tangannya masih di meja dengan otot yang tegang. - Kulitmu juga putih, seperti gadis yang ini. Kuangkat tangannya, kuarahkan ke gadis tanpa busana yang berpose sexy di sudut layar. Sekarang kuaktifkan webcam di depanku. Sambil mengaktifkan window di belakang yang terlihat pria wanita melakukan sex di taman, aku mulai melihat window baru muncul memperlihatkan wajah kami berdua di monitor. Rani masih melongo melihat apa saja yang ada di depannya. sambil sesekali bergetar menggigil. ah, kubiarkan ia menikmati pemandangan di depannya beberapa menit. Kemudian kutampilkan gadis belasan tahun yang bugil tanpa busana, berpose macam2 di monitor. - Rani, cewek ini kulit dan dadanya bagus. - Punyamu seperti ini juga kan ya ? Tanpa sadar ia melihat ke bawah memperhatikan bentuk miliknya. - Punya dia mungkin segini - tanganku kedepan layar mencoba pura2 mengukur dengan telapak tanganku - Kalau punya Rani ... Rani terkejut saat tanganku sudah menangkap salah satu buah di dadanya. Ditepisnya, tapi matanya tak pernah lepas dari monitor. - Kalau punya Rani pasti bagus. - bisikku Cerita Seks - Perlahan kurangkul tangan kiriku ke punggung Rani, sambil mencoba meraih bawah lengan kirinya. Rani diam saja, matanya masih ke depan. Kali ini tangan kananku mencoba lagi ke dada Rani. berlagak mencoba mengukur besar cup di dadanya, aku telah menyentuh buah di dadanya, dan perlahan kuremas. Kali ini dengan kedua tangan aku telah meremas kedua buah dada Rani! Sambil sedikit membungkuk merasa geli, Rani menggoyan bahunya menolak. - Nanti kuajari cara2 memakai komputer, agar bisa bikin film sendiri Rani. kuperlihatkan sekarang streaming webcamnya menampilkan preview dirinya di sebelahku. Rani berekspresi di muka webcam, mengerutkan kening dan macam2 raut muka ditampilkan. Dengan perlahan tapi pasti tanganku mulai masuk ke balik baju Rani. Kutegakkan dudukku, mulailah tanganku merayap ke mana-mana di bawah bajunya. Kuremas terus perlahan buah dadanya yang masih ranum itu, perlahan kuangkat ke atas cup penutupnya. Tanpa ada bahan pemlindung dan pemisah, tanganku mulai meremas-remas perlahan. Beberapa saat kemudian, bahunya dinaikkan, ketiaknya terbuka, Rani memalingkan kepalanya, menatapku. Matanya terlihat bertanya-tanya. Tanpa pikir panjang, kali ini tambah kudekatkan tubuhku, kuturunkan tangan kiriku, meraba dan mengusap perutnya. Rani berkedip kedip sebentar. Kemudian tanganku turun lagi, kali ini menyentuh celana dalam di balik roknya yang sudah kusingkap. Kuremas perlahan tubuhnya di dada dan bawah perutnya, pangkal pahanya. Terasa Rani mulai bergerak gelisah. nafasnya mulai turun naik. Ah, masa boodoh tidak peduli akibatnya, tanganku mulai bergerak ke balik celana dalam Rani. tangannya menggenggam erat papan penahan keyboard di depannya. Kurasakan tanganku tidak menyentuh sehelai bulu satupun saat beraksi di bagian bawah Rani Gerakan gelisahnya makin kentara. Akhirnya tangannya melepas papan laci keyboard di depannya. Berputar setengah duduknya, ia kini menghadapku. Bergerak merangkulku di leher, matanya terpejam. mulutnya terbuka. Kaki kirinya diangkat naik ke bangku. Tangankupun kini bebas ke mana-mana di tubuhnya. Kuraba semua bagian tubuh Rani yang masih hijau ini, kurasakan semua benjolan dan lekukan tubuhnya yang masih ranum. Belum ada yang memetiknya. Aku yang pertamax. - HUAAHHH!! - mulutnya terbuka mengeluarkan suara dan udara hangat dari dalam tubuhnya. Tubunhnya gemetar sesaat, mencengkeram lenganku, dan leherku. Rani menggigil ... Kuhentikan kegiatanku. Kubiarkan ia bersandar kembali di kursi perlahan-lahan. matanya menerawang menatap sayu ke depan. Rani terlihat bingung, tanpa berkata apa2 ditatapnya wajahku. Kurapikan baju, bra, celana dan rok bawah Rani. Kututup semua windows aktif yang menampilkan gambar2 panas tersbut. Kubersihkan bekas2nya. Kubisikan perlahan - Ya itulah yang dicari orang2 selama ini Rani. - sambil kucium belakang telinganya - Kau harus pandai agar pacarmu bahagia nanti. - Kalau kamu mau tau lebih banyak lagi, main2 aja ke kamarku. kau tahu kan kontrakanku ? Setelah kukecup keningnya, aku perlahan ke luar warnet. Kulihat Rani masih menatap punggungku, bengong, kulihat dari jendela kaca di depanku saat kuraih papan sinyal buka dan tutup itu. Saat kututup pintu warnet, kusempat melirik ke Rani yang sekarang menunduk memperhatikan pangkal pahanya dengan tangan satunya lagi memegang dadanya. Sekian... Nonton Videonya : point blank ; register point blank ; daftar point blank ; download point blank ; cheat point blank ; cheats point blank ; cheat point blank terbaru ; cheat point blank hari ini ; cheat point blank terupdate ; point blank ; point blank cheat ; point blank cheats ; cit point blank ; aplikasi hp ; cerita bokep ; info news ; software gratis |
Cerita Bokep | Gairah Nafsu Bu Soni Posted: 03 Apr 2012 09:48 AM PDT Sebenarnya saya malu untuk menuliskan cerita ini, tetapi karena sudah banyak yang menggunakan media ini untuk menuliskan cerita-cerita tentang seks walaupun saya sendiri tidak yakin apakah itu semuanya fakta atau fiksi belaka. Memang cerita yang saya tulis ini cukup memalukan tetapi di samping itu ada kejadian yang lucu dan memang sama sekali belum pernah saya alami. Awal mula dari cerita ini adalah ketika saya baru saja tinggal di sebuah daerah perumahan yang relatif baru di daerah pinggiran kota-maaf, nama daerah tersebut tidak saya sebutkan mengingat untuk menjaga nama baik dan harga diri keluarga terutama suami dan kedua anak saya. Saya tinggal di situ baru sekitar 6 bulanan. Karena daerah perumahan tersebut masih baru maka jumlah keluarga yang menempati rumah di situ masih relatif sedikit tetapi khusus untuk blok daerah rumah saya sudah lumayan banyak dan ramai. Rata-rata keluarga kecil seperti keluarga saya juga yaitu yang sudah masuk generasi Keluarga Berencana, rata-rata hanya mempunyai dua anak tetapi ada juga yang hanya satu anak saja. Sudah seperti biasanya bila kita menempati daerah perumahan baru, saya dengan sengaja berusaha untuk banyak bergaul dengan para tetangga bahkan juga dengan tetangga-tetangga di blok yang lain. Dari hasil bergaul tersebut timbul kesepakatan di antara ibu-ibu di blok daerah rumahku untuk mengadakan arisan sekali dalam sebulan dan diadakan bergiliran di setiap rumah pesertanya. Suatu ketika sedang berlangsung acara arisan tersebut di sebuah rumah yang berada di deretan depan rumahku, pemilik rumah tersebut biasa dipanggil Bu Soni (bukan nama sebenarnya) dan sudah lebih dulu satu tahun tinggal di daerah perumahan ini daripada saya. Bu Soni bisa dibilang ramah, banyak ngomongnya dan senang bercanda dan sampai saat tulisan ini aku buat dia baru mempunyai satu anak, perempuan, berusia 8 tahun walaupun usia rumah tangganya sudah 10 tahun sedangkan aku sudah 30 tahun. Aku menikah ketika masih berusia 22 tahun. Suaminya bekerja di sebuah perusahaan swasta dan kehidupannya juga bisa dibilang kecukupan. Setelah acara arisan selesai saya masih tetap asyik ngobrol dengan Bu Soni karena tertarik dengan keramahan dan banyak omongnya itu sekalipun ibu-ibu yang lain sudah pulang semua. Dia kemudian bertanya tentang keluargaku, "Jeng Mar. Putra-putranya itu sudah umur berapa, sih, kok sudah dewasa-dewasa, ya?" (Jeng Mar adalah nama panggilanku tetapi bukan sebenarnya) tanya Bu Soni kepadaku. "Kalau yang pertama 18 tahun dan yang paling ragil itu 14 tahun. Cuma yaitu Bu, nakalnya wah, wah, waa.. Aah benar-benar, deh. Saya, tuh, suka capek marahinnya." "Lho, ya, namanya juga anak laki-laki. Ya, biasalah, Jeng." "Lebih nikmat situ, ya. Anak cuma satu dan perempuan lagi. Nggak bengal." "Ah, siapa bilang Jeng Mar. Sama kok. Cuma yaitu, saya dari dulu, ya, cuma satu saja. Sebetulnya saya ingin punya satu lagi, deh. Ya, seperti situ." "Lho, mbok ya bilang saja sama suaminya. ee.. siapa tahu ada rejeki, si putri tunggalnya itu bisa punya adik. Situ juga sama suaminya kan masih sama-sama muda." "Ya, itulah Jeng. Papanya itu lho, suka susah. Dulu, ya, waktu kami mau mulai berumah tangga sepakat untuk punya dua saja. Ya, itung-itung mengikuti program pemerintah, toh, Jeng. Tapi nggak tahu lah papanya tuh. Kayaknya sekarang malah tambah asik saja sama kerjaannya. Terlalu sering capek." "O, itu toh. Ya, mbok diberi tahu saja kalau sewaktu-waktu punya perhatian sama keluarga. 'Kan yang namanya kerja itu juga butuh istirahat. Mbok dirayu lah gitu." "Wah, sudah dari dulu Jeng. Tapi, ya, tetap susah saja, tuh. Sebenernya ini, lho, Jeng Mar. Eh, maaf, ya, Jeng kalo' saya omongin. Tapi Jeng Mar tentunya juga tau dong masalah suami-istri 'kan." "Ya, memang. Ya, orang-orang yang sudah seperti kita ini masalahnya sudah macem-macem, toh, Bu. Sebenarnya Bu Soni ini ada masalah apa, toh?" "Ya, begini Jeng, suami saya itu kalo' bergaul sama saya suka cepet-cepet mau rampung saja, lho. Padahal yang namanya istri seperti kita-kita ini 'kan juga ingin membutuhkan kenikmatan yang lebih lama, toh, Jeng." "O, itu, toh. Mungkin situ kurang lama merayunya. Mungkin suaminya butuh variasi atau model yang agak macem-macem, gitu." "Ya, seperti apa ya, Jeng. Dia itu kalo' lagi mau, yang langsung saja. Saya seringnya nggak dirangsang apa-apa. Kalo' Jeng Mar, gimana, toh? Eh, maaf lho, Jeng." "Kalo' saya dan suami saya itu saling rayu-merayu dulu. Kalo' suami saya yang mulai duluan, ya, dia biasanya ngajak bercanda dulu dan akhirnya menjurus yang ke porno-porno gitulah. Sama seperti saya juga kalau misalnya saya yang mau duluan.""Terus apa cuma gitu saja, Jeng." "O, ya tidak. Kalo' saya yang merayu, biasanya punya suami saya itu saya pegang-pegang. Ukurannya besar dan panjang, lho. Terus untuk lebih menggairahkannya, ya, punyanya itu saya enyot dengan mulut saya. Saya isep-isep." "ii.. Iih. Jeng Mar, ih. Apa nggak jijik, tuh? Saya saja membayangkannya juga sudah geli. Hii.." "Ya, dulu waktu pertama kali, ya, jijik juga, sih. Tetapi suami saya itu selalu rajin, kok, membersihkan gituannya, jadi ya lama-lama buat saya nikmat juga. Soalnya ukurannya itu, sih, yang lumayan besar. Saya sendiri suka gampang terangsang kalo' lagi ngeliat. Mungkin situ juga kalo' ngeliat, wah pasti kepengen, deh." "Ih, saya belon pernah, tuh, Jeng. Lalu kalo' suaminya duluan yang mulai begimana?" "Saya ditelanjangi sampai polos sama sekali. Dia paling suka merema-remas payudara saya dan juga menjilati putingnya dan kadang lagaknya seperti bayi yang sedang mengenyot susu.", kataku sambil ketawa dan tampak Bu Soni juga tertawa. "Habis itu badan saya dijilati dan dia juga paling suka menjilati kepunyaan saya. Rasanya buat saya, ya, nikmat juga dan biasanya saya semakin terangsang untuk begituan. Dia juga pernah bilang sama saya kalo' punya saya itu semakin nikmat dan saya disuruh meliara baik-baik." "Ah, tapi untuk yang begituan itu saya dan suami saya sama sekali belum pernah, lho, Jeng. Tapi mungkin ada baiknya untuk dicoba juga, ya, Jeng. Tapi tadi itu masalah yang situ dijilatin punyanya. Rasa enaknya seperti apa, sih, Jeng." "Wah, Bu Soni ini, kok, seperti kurang pergaulan saja, toh." "Lho, terus terang Jeng. Memang saya belon pernah, kok." "Ya, geli-geli begitulah. Susah juga untuk dijelasin kalo' belum pernah merasakan sendiri." Lalu kami berdua tertawa. Setelah berhenti tertawa, aku bertanya, "Bu Soni mau tau rasanya kalau gituannya dijilati?" "Yah, nanti saya rayu, deh, suami saya. Mungkin nikmat juga ya." Ucapnya sambil tersenyum. "Apa perlu saya dulu yang coba?", tanyaku sambil bercanda dan tersenyum. "Hush!! Jeng Mar ini ada-ada saja, ah", sambil tertawa. "Ya, biar tidak kaget ketika dengan suaminya nanti. Kita 'kan juga sama-sama wanita." "Wah, kayak lesbian saja. Nanti saya jadi ketagihan, lho. Malah takutnya lebih senang sama situ daripada sama suami saya sendiri. Ih! Malu' akh.", sambil tertawa. "Atau kalo' nggak mau gitu, nanti saya kasih tau gimana membuat penampilan bulu gituannya biar suaminya situ tertarik. Kadang-kadang bentuk dan penataannya juga mempengaruhi rangsangan suami, lho, Bu Soni." "Ah, Jeng *****" "Ee! Betul, lho. Mungkin bentuk bulu-bulu gituannya Bu Soni penampilannya kurang merangsang. Kalo' boleh saya lihat sebentar gimana?" "Wah, ya, gimana ya. Tapii.. ya boleh, deh. Eh, tapi saya juga boleh liat donk punyanya situ. Sama-sama donk, 'kan kata Jeng tadi kita ini sama-sama wanita.""Ya, 'kan saya cuma mau bantu situ supaya bisa usaha untuk punya anak lagi.""Kalo' gitu kita ke kamar saja, deh. Suami saya juga biasanya pulang malam. Yuk, Jeng." Langsung kita berdua ke kamar Bu Soni. Kamarnya cukup tertata rapi, tempat tidurnya cukup besar dan dengan kasur busa. Di dindingnya ada tergantung beberapa foto Bu Soni dan suaminya dan ada juga foto sekeluarga dengan anaknya yang masih semata wayang. Saya kemudian ke luar sebentar untuk telepon ke rumah kalau pulangnya agak telat karena ada urusan dengan perkumpulan ibu-ibu dan kebetulan yang menerima suamiku sendiri dan ternyata dia setuju saja. Setelah kita berdua di kamar, Bu Soni bertanya kepadaku, "Bagaimana Jeng? Kira-kira siap?" "Ayolah. Apa sebaiknya kita langsung telanjang bulat saja?" "OK, deh.", jawab Bu Soni dengan agak tersenyum malu. Akhirnya kita berdua mulai melepas pakaian satu-persatu dan akhirnya polos lah semua. Bulu kemaluan Bu Soni cukup lebat juga hanya bentuknya keriting dan menyebar, tidak seperti miliku yang lurus dan tertata dengan bentuk segitiga ke arah bawah. Lalu aku menyentuh payudaranya yang agak bulat tetapi tidak terlalu besar, "Lumayan juga, lho, Bu." Lalu Bu Soni pun langsung memegang payudaraku juga sambil berkata, "Sama juga seperti punya Jeng." Aku pun minta ijin untuk mengulum kedua payudaranya dan dia langsung menyanggupi. Cerita Panas - Kujilati kedua putingnya yang berwarna agak kecoklat-coklatan tetapi lumayan nikmat juga. Lalu kujilati secara keseluruhan payudaranya. Bu Soni nampak terangsang dan napasnya mulai memburu. "Enak juga, ya, Jeng. Boleh punya Jeng saya coba juga?""Silakan saja.", ijinku. Lalu Bu Soni pun melakukannya dan tampak sekali kalau dia masih sangat kaku dalam soal seks, jilatan dan kulumannya masih terasa kaku dan kurang begitu merangsang. Tetapi lumayanlah, dengan cara seperti ini aku secara tidak langsung sudah menolong dia untuk bisa mendapatkan anak lagi. Setelah selesai saling menjilati payudara, kami berdua duduk-duduk di atas tempat tidur berkasur busa yang cukup empuk. Aku kemudian memohon Bu Soni untuk melihat liang kewanitaannya lebih jelas, "Bu Soni. Boleh nggak saya liat gituannya? Kok bulu-bulunya agak keriting. Tidak seperti milik saya, lurus-lurus dan lembut." Dengan agak malu Bu Soni membolehkan, "Yaa.. silakan saja, deh, Jeng." Aku menyuruh dia, "Rebahin saja badannya terus tolong kangkangin kakinya yang lebar." Begitu dia lakukan semuanya terlihatlah daging kemaluannya yang memerah segar dengan bibirnya yang sudah agak keluar dikelilingi oleh bulu yang cukup lebat dan keriting. mm.. Cukup merangsang juga penampilannya. Kudekatkan wajahku ke liang kewanitaannya lalu kukatakan kepada Bu Soni bahwa bentuk kemaluannya sudah cukup merangsang hanya saja akan lebih indah pemandangannya bila bulunya sering disisir agar semakin lurus dan rapi seperti milikku. Lalu kusentuh-sentuh daging kemaluannya dengan tanganku, empuk dan tampak cukup terpelihara baik, bersih dan tidak ada bau apa-apa. Nampak dia agak kegelian ketika sentuhan tanganku mendarat di permukaan alat kelaminnya dan dia mengeluh lirih, "Aduh, geli, lho, Jeng." "Apa lagi kalo' dijilat, Bu Soni. Nikmat, deh. Boleh saya coba?" "Aduh, gimana, ya, Jeng. Saya masih jijik, sih." "Makanya dicoba.", kataku sambil kuelus salah satu pahanya. "mm.. Ya, silakan, deh, Jeng. Tapi saya tutup mata saja, ah." Lalu kucium bibir kemaluannya sekali, chuph!! "aa.. Aah.", Bu Soni mengerang dan agak mengangkat badannya. Lalu kutanya, "Kenapa? Sakit, ya?" Dia menjawab, "Geli sekali." "Saya teruskan, ya?" Bu Soni pun hanya mengangguk sambil tersenyum. Kuciumi lagi bibir kemaluannya berkali-kali dan rasa geli yang dia rasakan membuat kedua kakinya bergerak-gerak tetapi kupegangi kedua pangkal pahanya erat-erat. Badannya bergerinjal-gerinjal, pantatnya naik turun. Uh! Pemandangan yang lucu sekali, aku pun sempat ketawa melihatnya. Saya keluarkan lidah dan saya sentuhkan ujungnya ke bibir kemaluannya berkali-kali. Oh! Aku semakin terbawa napsu. Kujilati keseluruhan permukaan memeknya, gerakanku semakin cepat dan ganas. Oh, Bu Soni, memekmu nikmaa..aat sekali. Aku sudah tak ingat apa-apa lagi. Semua terkonsentrasi pada pekerjaan menjilati liang kewanitaan Bu Soni. Emm.., Enak sekali. Terus kujilati dengan penuh napsu. Pinggir ke tengah dan gerakan melingkar. Kumasukan lidahku ke dalam celah bibir kemaluannya yang sudah mulai membuka. Ouw! Hangat sekali dan cairannya mulai keluar dan terasa agak asin dan baunya yang khas mulai menyengat ke dalam lubang hidungku. Tapi aku tak peduli, yang penting rasa kemaluan Bu Soni semakin lezat apalagi dibumbui dengan cairan yang keluar semakin banyak. Kuoleskan ke seluruh permukaan kemaluannya dengan lidahku. Jilatanku semakin licin dan seolah-olah semua makanan yang ku makan pada saat acara arisan tadi rasanya tidak ada apa-apanya. Badan Bu Soni bergerinjal semakin hebat begitu juga pantatnya naik-turun dengan drastis. Dia mengerang lirih, "aa.. Ah, ee.. Eekh, ee.. Eekh, Jee.. Eeng, auw, oo.. Ooh. Emm.. Mmh. Hah, hah, hah,.. Hah." Dan saat mencapai klimaks dia merintih, "aa.., aa.., aa.., aa.., aah", Cairan kewanitaannya keluar agak banyak dan deras. OK, nampaknya Bu Soni sudah mencapai titik puncaknya. Tampak Bu Soni telentang lemas dan aku tanya, "Bagaimana? Enak? Ada rasa puas?" "Lumayan nikmat, Jeng. Situ nggak jijik, ya." "Kan sudah biasa juga sama suami." Kemudian aku bertanya sembari bercanda, "Situ mau coba punya saya juga?" "Ah, Jeng ***** Jijik 'kan.", sembari ketawa. "Yaa.. Mungkin belon dicoba. Punya saya selalu bersih, kok. 'Kan suami saya selalu mengingatkan saya untuk memeliharanya." Kemudian Bu Soni agak berpikir, mungkin ragu-ragu antara mau atau tidak. Lalu, "Boleh, deh, Jeng. Tapi saya pelan-pelan saja, ah. Nggak berani lama-lama." "Ya, ndak apa-apa. 'Kan katanya situ belum biasa. Betul? Mau coba?" tantangku sembari senyum. Lalu dia cuma mengangguk. Kemudian aku menelentangkan badanku dan langsung kukangkangkan kedua kakiku agar terlihat liang kewanitaanku yang masih indah bentuknya. Tampak Bu Soni mulai mendekatkan wajahnya ke liang kewanitaanku lalu berkata, "Wah, Jeng bulu-bulunya lurus, lemas dan teratur. Pantes suaminya selalu bergairah." Aku hanya tertawa. Tak lama kemudian aku rasakan sesuatu yang agak basah menyentuh kemaluanku. Kepalaku aku angkat dan terlihat Bu Soni mulai berani menyentuh-nyentuhkan ujung lidahnya ke liang kewanitaanku. Kuberi dia semangat, "Terus, terus, Bu. Saya merasa nikmat, kok". Dia hanya memandangku dan tersenyum. Kurebahkan lagi seluruh tubuhku dan kurasakan semakin luas penampang lidah Bu Soni menjilati liang kewanitaan saya. Oh! Aku mulai terangsang. Emm.. Mmh. Bu Soni sudah mulai berani. oo.. Ooh nikmat sekali. Sedaa.. Aap. Terasa semakin lincah gerakan lidahnya, aku angkat kepalaku dan kulihat Bu Soni sudah mulai tenggelam dalam kenikmatan, rupanya rasa jijik sudah mulai sirna. Gerakan lidahnya masih terasa kaku, tetapi ini sudah merupakan perkembangan. Syukurlah. Mudah-mudahan dia bisa bercumbu lebih hebat dengan suaminya nanti. Cerita Seks - Lama-kelamaan semakin nikmat. Aku merintih nikmat, "Emm.. Mmh. Ouw. aa.. Aah, aa.. Aah. uu.. uuh. te.. te.. Rus teruu..uus." Bibir kemaluanku terasa dikulum oleh bibir mulut Bu Soni. Terasa dia menciumi kemaluanku dengan bernafsu. Emm.. Mmh, enaknya. Untuk lebih nikmat Bu Soni kusuruh, "Pegang dan elus-elus paha saya. Enak sekali Bu." Dengan spontan kedua tangannya langsung mengayunkan elusannya di pahaku. Dia mainkan sampai pangkal paha. Bukan main! Sudah sama layaknya aku main dengan suamiku sendiri. Terlihat Bu Soni sudah betul-betul asyik dan sibuk menjilati liang kewanitaanku. Gerakan ke atas ke bawah melingkar ke seluruh liang kewanitaanku. Seolah-olah dia sudah mulai terlatih. Kemudian aku suruh dia untuk menyisipkan lidahnya ke dalam liang kewanitaanku. Dahinya agak berkerut tetapi dicobanya juga dengan menekan lidahnya ke lubang di antara bibir kemaluan saya. "Aaa.. Aakh! Nikmat sekali. Aku mulai naik untuk mencapai klimaks. Kedua tangannya terus mengelus kedua pahaku tanpa henti. Aku mulai naik dan terasa lubang kemaluanku semakin hangat, mungkin lendir kemaluanku sudah banyak yang keluar. Akhirnya aku pun mencapai klimaks dan aku merintih, "aa.. Aah, uuh". Sialan Bu Soni tampaknya masih asyik menjilati sedangkan badanku sudah mulai lemas dan lelah. Bu Soni pun bertanya karena gerak kaki dan badanku berhenti, "Gimana, Jeng?" Aku berkata lirih sambil senyum kepadanya, "Jempolan. Sekarang Bu Soni sudah mulai pinter." Dia hanya tersenyum. Aku tanya kembali, "Bagaimana? Situ masih jijik nggak?" "Sedikit, kok.", jawabnya sembari tertawa, dan akupun ikut tertawa geli. "Begitulah Bu Soni. Mudah-mudahan bisa dilanjutkan lebih mesra lagi dengan suaminya, tetapi jangan bilang, lho, dari saya." "oo.., ya, ndak, toh, Jeng. Saya 'kan juga malu. Nanti semua orang tahu bagaimana?""Sekarang yang penting berusaha agar putrinya bisa punya adik. Kasihan, lho, mungkin sejak dulu dia mengharapkan seorang adik." "Ya, mudah-mudahan lah, Jeng. Rejeki akan segera datang. Eh! Ngomong-ngomong, Jeng mau nggak kalo' kapan-kapan kita bersama kayak tadi lagi?" "Naa.., ya, sudah mulai ketagihan, deh. Yaa, itu terserah situ saja. Tapi saya nggak tanggung jawab, lho, kalo' situ lantas bisa jadi lesbian juga. Saya 'kan cuma kasih contoh saja.", jawabku sembari mengangkat bahu dan Bu Soni hanya tersenyum. Kemudian aku cepat-cepat berpakaian karena ingin segera sampai di rumah, khawatir suamiku curiga dan berprasangka yang tidak-tidak. Waktu aku pamit, Bu Soni masih dalam keadaan telanjang bulat berdiri di depan kaca menyisir rambut. Untung kejadian ini tak pernah sampai terbuka sampai aku tulis cerita yang aneh dan lucu ***** Soal bagaimana kemesraan Bu Soni dan suaminya selanjutnya, itu bukan urusan saya tetapi yang penting kelezatan liang kewanitaan Bu Soni sudah pernah aku rasakan. Sekian. Nonton Videonya : point blank ; register point blank ; daftar point blank ; download point blank ; cheat point blank ; cheats point blank ; cheat point blank terbaru ; cheat point blank hari ini ; cheat point blank terupdate ; point blank ; point blank cheat ; point blank cheats ; cit point blank ; aplikasi hp ; cerita bokep ; info news ; software gratis |
You are subscribed to email updates from Cheatpbcvg To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |